Senin, 24 Agustus 2009

Jangan Ambil Indonesiaku

Mengapa Indonesia tidak pernah menjadi nomor satu? Apa salahmu Indonesia sehingga engkau begitu dibenci, bahkan anak negeri putri ibu pertiwi yang seharusnya memberikan senyum untuk ibu yang telah tua, malah ikut mencaci bahkan malu mengakui Indonesia sebagai tanah airnya. Mengutuki nasibnya karena terlahir di sebuah negeri yang penuh torehan noda dosa. Itu masih belum seberapa kawan, malahan semakin gencar mencari setiap sudut kesalahan agar semakin banyak alasan yang terkumpul. Apa benar tidak ada yang membuatmu sedikit saja memberikan sebentuk cinta untuk sebuah negara yang diapit oleh 2 benua serta bertahtakan zamrud khatulistiwa? Ayolah kawan jangan biarkan ibu pertiwi terus mengeluarkan airmatanya diusianya yang semakin senja. Bukankan menggambarkan goresan senyuman dibibir ibu akan mendapat pahala dan surga dari Tuhan.

Indonesia kini berusia 64 tahun. Telah banyak peristiwa dialami sebagai bangsa yang terus membangun ini. Bom JW Marriott, bom bali dan carut-marutnya dalam belajar berdemokrasi. Hebat betul negeri ini beragam gelar semakin banyak melekat didadanya. Korupsi nomor wahid, negara paling rawan bencana, yang datang dan pergi bagaikan jailangkung, negeri teroris, kalau masalah balas jasa? Jangan tanya, baik betul dan luhur pekertinya. Sayang sifat terpuji itu salah penempatannya, karena justru disalahartikan. Kalau tidak percaya coba tengok sistem pemerintahan negara ini, kalau tidak dapat “jatah” dikursi menteri, anggota dewan, maka ributlah mereka karena dianggap tidak tau balas budi terhadap mereka yang sudah “letih-letih” sebagai team sukses saat kampanye.

Tapi, apakah karena dosa-dosa dan predikat jelek itu lantas kita membenci negeri ini. Tidak adakah secercah cinta yang masih terisisa untuk negeri ini, disaat Indonesia semakin terjatuh dan tertatih? Ayolah kawan, aku mohon! Sudah cukup banyak airmata ibu pertiwi yang jatuh. Mungkin pencipta lagu ibu pertiwi, sudah memiliki firasat bahwa suatu saat putra-putri ibu pertiwi akan menjadi anak durhaka.
Namun, ada sebuah pertanyaan yang terus bersemanyam dihati. Jika negara ini begitu jelek dimata anak negeri, tapi mengapa negara-negara lain begitu gencar mengintai Indonesia. Lihatlah begitu banyak pesona, budaya, bahkan setiap jengkal tanah ini menjadi incaran negara lain. Tengok saja Malaysia yang tidak pernah kapok dan membuat gerah bangsa ini. Lihat saja kita baru kalang-kabut saat pulau Sipadan dan Ligitan direbut oleh negara pemilik menara Petronas itu. Kebakaran jenggot saat Reog Ponorogo, lagu rasa sayang-sayange, burung kakak tua dan apuse yang berasal dari Irian jaya diserobot lagi-lagi oleh Malaysia. Disaat-saat seperti inilah rasa kebangsaan baru muncul. Setelah semuanya terjadi baru penyesalan itu datang, memang benar sama halnya seperti anak muda yang lagi berpacaran, ketika pacarnya telah pergi baru cinta itu datang mengebu-gebu.

Mungkin aneh kedengarannya jika seseorang lebih menyukai pelajaran bahasa Indonesia dan sastra Indonesia daripada pelajaran bahasa inggris. Secara seseorang lebih terlihat oke jika pandai berbahasa inggris. Padahal justru keanehan bisa jadi membuktikan bahwa dia merupakan sosok yang berjiwa nasionalisme tinggi. Jadi berbanggalah kawan. Aku tidak meyalahkan kalau kita belajar bahasa asing karena akan memperkaya wawasan dan memudahkan berkomunikasi dengan seluruh masyarakat dipenjuru dunia. Tetapi, yang aneh heran juga aku memikirkannya jika semua orang dituntut bisa berbahasa inggris dengan alasan bahasa internasional, sementara jarangsekali kita dituntut untuk berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahkan, jadi penyiar saja kalau tidak jago bahasa inggris jangan harap kamu bisa bersentuhan dengan mixer, jadi simpan saja jauh-jauh mimpimu itu. Meskipun, ikal bilang “jangan pernah menyerah”. Tapi, giliran siaran bahasa Indonesia ngaro-ngidul ga karuan diubah entah dari mana diperoleh ramuan bahasa gaul itu. Jadi jangan salahkan jika hati nurani yang ga pernah bisa berbohong bertanya, sudahkah kita berlaku adil dengan negara sendiri?

Ada yang lebih parah lagi…belum pernah aku melihat pemuda yang bangga dengan bendera merah putih. Malah, saking sintingnya banyak yang tergila-gila dengan jaket yang dilengan kirinya terpampang bendera negara orang. Bangga bukan main rasanya. bahkan pelajar yang mendapat beasiswa pertukaran pelajar keluar negeri yang visi misinya memperkenalkan budaya indonesia keluar negeri sana, pulangnya bukan semakin gede rasa nasionalismenya tapi malah mensablon bajunya dengan bendera Amerika Serikat, Inggris bahkan Belanda yang pernah menjajah bangsa ini sampai nenek-nenek kita dahulu harus menggunakan sarung goni sebagai kain baju dan mengutip beras yang sudah bercampur dengan debu pasir demi mempertahankan hidup. Pertanyaannya mengapa bukan bendera indonesia yang terpampang di bajunya. Ada yang lebih parah lagi kawan, jika engkau melihat langsung fenomena ini. Kamu pastiakan menangis, 1 tahun keluarnegeri tapi hampir lupa cara berbahasa indonesia. Menyebut masyarakat saja dia kebingungan setengah mati, sehingga audience (penonton) yang membantu dia untuk bisa melafazkan kata ”masyakarat” itu. Padahal di Australia dan beberapa sekolah kedutaan diluarnegeri, mereka mengakui bahwa dibeberapa negera diluar negeri telah diterapkan pelajaran bahasa indonesia, bahkan sudah beredar informasi bahwa bahasa indonesia akan dijadikan bahasa international. Tak percaya? Baca saja berita diinternet.
Entah apa yang harus kukatakan pada negeri ini? Entah kalimat apa yang harus kita rangkai seandainya para leluhur pahlawan kita yang telah berkorban dengan tulus untuk negeri ini. Kawan, kamu pasti ingat dengan pertanyaan nagabonar di film Nagobonar jadi 2, ” hah, mengapa tak ada gambar Presiden yang terpampang disudut kota” mana foto menteri? Ujar nagabonar saat melintasi kota jakarta, ibukota republik tercinta ini. Malahan yang ada foto-foto bintang iklan yang terpampang yang sedang ”menjual kecap”. Jadi jangan salahkan nagabonar kalau dia beranggapan menteri olahraga itu adalah Ade Ray. Mungkin kita akan tertawa melihatnya, bahkan mengangapnya gila, sinting takkala dia memanjat tugu Jenderal Sudirman berusaha untuk menuruni tangan sang jenderal yang memberi hormat terhadap pengguna jalan yang tidak pernah tahu sejarah bangsanya, bahkan kemredekaan yang telah direbut dengan tujuan agar anak cucunya kelak bisa menghirup udara kemerdekaan, agar bisa nyaman hidupnya. Ternyata tak pernah bisa dirasakan oleh rakyat kecil, kenderaan beroda tiga saja tidak boleh lewat. Kemerdekaan macam apa itu? Kawan, mungkin aku terlalu banyak bertanya ya? Tapi aku mohon mari kita berfikir 5 menit saja kawan, aku mohon berilah waktumu 5 menit saja untuk berfikir. Mengapa hati mereka begitu bergetar ketika mendengar lagu Indonesia raya? Mengapa para pejuang yang masih hidup ketika berdiri didepan tugu proklamator hatinya bergemuruh? Mengapa mereka begitu tulus? Mengapa mereka begitu mencintai 2 carik kain yang berwarna merah putih itu?mengapa kawan? Lantas mengapa kita hanya berdiam diri takkala bendera negara lain seenaknya saja dikibarkan dinegara kita tanpa berdampingan dengan bendera merah putih? Padahal dahulu nyawa mereka pertaruhkan agar bendera merah putih bisa berkibar dinegara ini. Tidak seperti saat ini yang begitu entengnya kita mengibarkan bendera tanpa perlu ketakutan kepala kita akan terkena bombardil peluru penjajah.
Lagu kebangsaan, bendera merah putih, tugu pahlawan, nama-nama pahlawan, bukanlah hal sepele yang tidak ada artinya. Bukan kawan! Tetapi banyak hal yang belum kita ketahui sehingga mengangap remeh semua itu. Masih jelas terekam dibenakku dan hampir semua masyarakat Aceh. Ketika Pasca Tsunami 26 Desember 2006, begitu banyak negara asing yang datang ke Aceh. Tapi, siapa yang mau tau ketika bendera-bendera dari NGO-NGO tersebut berkibar dengan gagahnya. Lebih kacau lagi bendera tersebut berdiri seolah-olah aceh adalah negaranya. Karena aturan sebenarnya adalah, ketika sebuah bendera dari negara lain berdiri tanpa didampingi oleh bendera resmi negara tersebut, itu artinya negara kita telah menjadi milik negara lain. Itulah alasan mengapa pemuda-pemuda Indonesia mau berkorban nyawanya agar bendera merah putih terus berkibar. Kita tentu ingat bagaimana perjuangan Arek-Arek Suroboyo pada 10 November 1945 ketika tentara Sekutu yang diboncengi Nica ke Indonesia untuk melucuti tentara Jepang yang sudah menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Di Surabaya, para pejuang kita harus mengorbankan jiwa untuk dapat merobek warna biru bendera Belanda di Hotel Oranje sehingga tinggal warna merah dan putihnya saja. Marilah kita bercermin pada masa yang telah lewat di mana para pendahulu kita telah mengirbankan segalanya untuk mengantarkan kita hidup di alam kemerdekaan. Kibarkan Bendera Merah Putih selama bulan Agustus karena kita sekarang bebas mengibarkan Bendera Merah Putih itu, tidak seperti para pendahulu kita yang kadang-kadang harus mengirbankan nyawa hanya untuk mengibarkan Bendera Merah Putih. Sudah sepantasnya setiap rumah di Indonesia memiliki Bendera Merah Putih. Satu Bendera dapat digunakan bertahun-tahun. Membeli rokok saja mampu, masa membeli Bendera Merah Putih tidak mampu?. Tapi pada kenyataannya adalah masih banyak masyarakat yang bermain petak umpet dengan petugas keamanan pada saat diwajibkan mengibarkan bendera merah putih. Padahal hanya 2 minggu saja. Malu kita pada negara, malu kita pada pahlawan dengan tingkah seperti ini. Malahan yang lebih ironis dan mengiris hati, ketika peringatan 17 Agustus baru-baru ini tepatnya tanggal 17 Agustus 2009 kemaren, sebuah koran terkemuka di indonesia memberitakan bahwa, salah seorang mantan Presiden Indonesia tidak menggerakkan tangannya untuk memberi penghormatan pada saat bendera merah putih dikibarkan, hanya karena alasan dia tidak memakai topi. Pintar benar anak bangsa sekarang bersilat lidah, padahal dulu zaman penjajah mana ada lotion ataupun sun cream yang bisa dioleskan untuk wajah agar tidak terkena matahari yang membuat wajah hitam. Tapi mengapa mereka para pahlawa, para pemuda yang usianya masih belasan tahun tidak pernah mempermasalahkan hal itu?.
Sebelum proklamasi kemerdekaan, pengibaran Bendera Merah Putih merupakan sebuah usaha yang sangat berbahaya. Penjajah tidak segan-segan menangkap dan menghukum orang yang tertangkap mengibarkan Bendera Merah Putih. Pada saat itu, pengibaran Bendera Merah Putih membutuhkan pengorbanan yang sangat besar. Saat ini mungkin semua sudah menjadi sebuah rutinitas tahunan.. tapi di masa lalu, untuk melakukan hal-hal diatas, maka diperlukan sebuah nyali yang besar Ya, dijaman sebelum kemerdekaan melakukan sebuah hal yang berbau nasionalis dan patriotik merupakan sesuatu yang harus diganjar dengan dikejar-kejar tentara Belanda atau dijebloskan ke dalam penjara kolonial..
Pengibaran Bendera Merah-putih dan lagu kebangsaan Indonesia Raya dilarang pada masa pendudukan Jepang, karena ia mengetahui pasti bahwa hal tersebut dapat membangkitkan semangat kebangsaan yang nantinya menuju pada kemerdekaan. Kemudian pada tahun 1944 lagu Indonesia Raya dan Bendera Merah-putih diizinkan untuk berkibar lagi setelah kedudukan Jepang terdesak. Bahkan pada waktu itu pula dibentuk panitia yang bertugas menyelidiki lagu kebangsaan serta arti dan ukuran bendera merah-putih.
Di jepang, setiap Lagu Kebangsaan mereka berkumandang, pasti anak bangsa tersebut memberhentikan sejenak pekerjaannya dan setiap pagi mereka pasti menyempatkan waktunya sejenak untuk hormat pada Bendera berlambang Matahari tersebut. Tapi tidak di Indonesia, Indonesia Raya hanya berkumandang waktu ada acara kenegaraan atau pada Upacara Senin pagi disekolahan. Banyak juga yang menganggap Indonesia Raya slengean. Sangat Kontras, kapan bangsa ini akan maju kalau apa yang sakral bagi negara saja tidak dihormati. Coba lihat film-film barat, salah satu cara yang dilakukan ketika suasan sudah tidak bisa dikendalikan. Ide jenius yang diambil adalah dengan memutar lagu kebangsaan mereka.
Haruskah kita harus studi banding keluar negeri agar kita bisa menemukan kembali rasa nasionalisme kita? Haruskah kita mengirimkan anak-anak bangsa untuk mengikuti Konfrensi Pelajar antar negara di Jepang, mendapat pelajaran yang berharga tentang arti nasionalis dan patriotisme dari Negara yang pernah menjajah bangsa Indonesia selama 3 setengah tahun tersebut.

Andai saja kita tahu bahwa, pahlawan-pahlawan yang telah gugur untuk kemerdekaan bangsanya. Tak pernah menuntut imbalan jasa atas pengorbanan mereka. Coba lihat veteran-veteran gelar yang disandang juga menyakitkan mantan pejuang. Nasib mereka tidak pernah terpublish, hanya ketika 17 Agustus saja mereka mendapat perhatian dengan diundang mengikuti upacara, sekedar seremonial saja. Media massa baik koran maupun televisi baru kucar-kacir mencari keberadaan mereka untuk program televisi yang telah mereka racik. Saat-saat inilah mereka baru dicari keberadaan rimbanya. Namun, sungguh teriiris hati ini rasanya takkala melihat kondisi mereka yang sungguh sangat tidak pantas diberikan untuk seorang pahlawan. Lihatlah nasib mereka saat ditemui oleh reporter, sang pahlawan kini menjadi tukang sapu halaman sekolah, petugas kebersihan, penjual es cendol yang menunggu anak sekolah pulang dari upacara bendera berharap anak-anak bangsa mau membeli dagangannya agar dapurnya tetap mengepul melanjutkan sisa-sisa perjalan hidup. Padahal seharusnya pahlawan itu bisa menuntut, dimanakah rasa nasionalisme kita, dimanakah rasa terimakasih kita kepada mereka. Kita bisa tertidur pulas dimalam hari, bisa berjalan dijalan raya tanpa was-was akan peluru nyasar, bisa mengecap pendidikan, tak perlu berpakaian dari goni atau menjadi kuli untuk membangun jalan raya untuk penjajah. Itu karena siapa?
Lihat saja seorang kakek tua di usianya yang ke-81, pria sepuh itu masih tetap menikmati hidupnya di pinggir rel Kalibata, Jakarta Selatan. Pria yang kini menderita stroke mata itu seharusnya bisa hidup lebih layak. Sebab, pria bernama Ilyas Karim adalah pelaku sejarah penting. Dialah pengibar pertama Sang Saka Merah Putih pada 17 Agustus 1945 pada saat itu beliua masih berusia 17 tahun. Di televisi atau dibuku sejarah kita pasti sering melihat foto upacara pengibaran Bendera Merah Putih pertama kali di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta Pusat. Di foto itu tampak dua orang pengibar bendera yang dikelilingi oleh Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, Ibu Fatmawati, dan Ibu Rahmi Hatta. Pemuda pengibar bendera yang bercelana pendek itulah Ilyas Karim bersama rekannya Satu orang pengibar yang lain yang ditunjuk adalah Sudanco Singgih, seorang tentara PETA. Sungguh disayangkan jika pahlawan itu saat ini terkapar tak berdaya tinggal di sebuah rumah sederhana di Jl. Rawajati Barat, Kalibata, Jakarta Selatan, bersebelahan dengan rel kereta api. Bahkan tak pernah lupa Ilyas mengenakan pin veteran 1945 di dada kirinya. Inilah yang menyelamatkan dia dari omelan kondektur atau petugas tiket KA. Mereka tak berani menagih ongkos K.A. karena petugas KA tahu veteran enggak ada duitnya.

Kawan aku punya sebuah cerita dari film yang baru aku tonton tadi malam, mungkin ini bisa membuat kita mau memberikan ruang untuk indonesia dihati kita. Film tersebut berjudul ”The Earth Stood still” yang bercerita tentang mahkluk dari luar angkasa yang memiliki struktur dan anatomi tubuh seperti manusia bumi. Mereka telah mempelajari sistem pertahanan dan tahu semua tentang seluk beluk bumi. Kedatangan mereka kebumi adalah untuk menyelamatkan bumi dari keserakahan manusia. Jalan satu-satunya yang harus dipilih adalah mengambil bumi dari manusia dengan konsekuensi peradapan manusia akan dimusnahkan. Saat seorang ilmuwan dan seorang lagi profesor mencoba nego dengan mahkluk tersebut, ternyata tidak ada lagi kesempatan yang bisa diberikan untuk manusia bumi. Karena keserakahan, ketamakan, hobi manusia yang merusak ekositem alam telah membuat tata jagat raya ini berubah. Membuat matahari menjadi lebih panas karena lapisan ozon telah berlubang akibat ulah manusia. Penyesalan manusia datang terlambat, namun ending dari cerita tersebut adalah ada sebuah kunci penyelesaian yang sebenarnya hanya dimiliki oleh manusia yang bisa menyelamatkan bumi, dan kunci itulah yang membuat salah seorang dari pencetus penyelamat bumi dari planet luar tersebut mengurungkan niatnya. Mau tau apakah itu kawan? Memilih arah hidup sesuai panggilan hati, Bertindak bijaksana dengan hati. Karena kita tidak akan pernah mengira, betapa kayanya pengalaman hidup kita atau sebenarnya kita sendiri yang sering lupa kalau pengalaman sekecil apapun akan menjadi berharga tergantung bagaimana kita memaknainya.
Ada pesan moral yang tersirat dalam film tersebut bahwa ”Ketika Saat-Saat Genting Kita Baru Berubah”. Sama halnya seperti kondisi kita saat ini, jangan sampai negara tercinta Indonesia yang telah direbut dengan darah, nyawa, harta setelah tertindas selama 360 tahun. Bahkan Revolusi Kemerdekaan Indonesia disebut sebagai revolusi dari kamar tidur karena pada 17 Agustus 1945 pukul 08.00, ternyata Bung Karno masih tidur nyenyak di kamarnya, di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini. Dia terkena gejala malaria tertiana. Suhu badannya tinggi dan sangat lelah setelah begadang bersama para sahabatnya menyusun konsep naskah proklamasi di rumah Laksamana Maeda. Pukul 09.00, Bung Karno terbangun. Berpakaian rapi putih-putih dan menemui sahabatnya, Bung Hatta. Tepat pukul 10.00, keduanya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dari serambi rumah.

Akankan Indonesia mengalami nasib yang sama seperti difilm tersebut, bahwa kita baru akan mencintai Indonesia ketika kita tidak punya lagi kesempatan untuk mencintainya lagi. Disaat Indonesia akan diambil oleh bangsa lain yang bisa merawat dan menjaga indonesia dengan lebih baik. Disaat kita baru sadar dan menyesal bahwa kita belum memberikan yang terbaik untuk Indonesia tercinta.
Pahlawan ajari kami cara mencintai negeri ini, ajari kami keihklasan dalam meberi yang terbaik untuk negeri ini. Jangan sampai kami menggadaikan negeri ini karena utang negara. Karena kutahu proklamasi kemerdekaan indonesia diraih bukan untuk dijual.
DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA YANG KE 64, JANGAN PERNAH MENYERAH INDONESIA. AKU MASIH MENCINTAIMU INDONESIA...

24 komentar:

  1. wadow gambarnya kok ga nampak ya, padahal ad agambar penngerek bendera disitu halah ga ada nampak

    BalasHapus
  2. sedaaaap tulisannya kena banget tuch...eh aku dukung nana ya cayo na,

    BalasHapus
  3. Thanks ya, sebenarnya tulisanny amasih panjang tapi nana cut aja lah solanya ada 15 halaman...hihi nice to met you

    BalasHapus
  4. Gua Stuju, Ganyang malaysia yang hanya bisa mengklaim budaya orang...
    Bersatu dalam menjaga kebudayaan bangsa

    BalasHapus
  5. keren tulisannya... Mantapp...

    BalasHapus
  6. mantap kak nana,..tulisannya keren. semoga menang lagi. amin

    BalasHapus
  7. akusuka gaya kamau dalam berekprsei lepas, apaadanya..dan satu lagi nice blog...aku salut jarang2 ada yg cinta ma tanah air...salam kenal ya
    adit

    BalasHapus
  8. seruuuu, unik, bahasanya enak and ngegigit banget..aku bisa dapat info terbaru ni, l love this story...gud luck ya

    BalasHapus
  9. thak sya temen2 untuk dukunagannya..iya sayang ya indoensia banyak li cobaan dari malaysia

    BalasHapus
  10. luarbiasa, keren...ehm aku sering baca blog kamu na, dan aku suka gaya kamu yang apa adanya, blak2an, indonesia pasti bangga punya putar2 putri kek kamu

    BalasHapus
  11. eh na aku dah denger ceritanya kek na kamu saat cari warnet untukikut lomba secara dah mau hariterakhir, aku salut dech meskipun sakit dan hampir aja nyawa kamu terenguttapi aku bener2 takjub akan niatmu, aku yakin kalau bukan temanya ttg indonesia kamu pasti ga akan segila itu untuk berjang cari warnet di bireun...aku tau dari kecil ampe sekarang 1 hal yg ga akan pernah berubah dari kamu, yaitu kecintaanmu akan indonesia. luarbiasa, semoga menang ya

    By: Muna

    BalasHapus
  12. k2...wah ikut lmba lagi ya??? semoga menang ya..wah aku salut kak, aku jadi ingat saat kakak uat tulisan ini, lagi demam tinggi, puasa lagi trus kepalanya ga bisa dgerakin , otak kecilk2 hampir kenapa2 tapi k2 tetap aja semangat, terharu banget ni kak, ah aku bangga punya k2 yg meskipun dihina tapi tetap membela indonesia, bahkan disaat konflik aku masih ingat k2 ampe tiarap di tanah lapang karena kita melarikan diri saat tembak2an di bireun, ingat kan kejadian di jalan protokol itu, saat pulang naik bus sekolah? sukses ya kak, aku percaya kak suatu saat indoensia pasti akan jaya, kit ahajar tu malaysia geblek ya kak

    BalasHapus
  13. chayoooo nana kami dukung kamu na, sukses ya...akusuka cerita kamu banyak hal yang aku ketahui setelah baca blog kamu, memanglah nana genius aku suak gaya kamu

    BalasHapus
  14. wadowww temen2 jadi terharu ni untuk comentnya, iya waktu tu nana lagi sakit g atau tba2 otak kecil agak tergangu trus ga bisa digerakin ...tapi ga papalah demi indonesia, pahlawan kit adah lakuin yg terbaik masaka nan ga bisa memberi sedit saja untuk indonesia tercinta...mereka nyawa li dikorbankan

    BalasHapus
  15. Sukses selalu, jaya Indonesia

    BalasHapus
  16. wah2 nana ikut lagi ya?? btw hasru dapat juara 1 ni, aku suka tulisan kamu...aku tunggu kabarnya ya..ga nyangka ya kamu tu cinta tanah air jarang2 lhoada org yg nasionalis kek kamu langka dech..sukses ya , klu bisa dapat juara 1 ya

    BalasHapus
  17. wah2 seru banget ni tulisannya...wah kamu mestijadi juara ni...ahahahaha. eh btw kamutujago banget ya sejarah salut deh aku jarang2 kan zaman sekarang da yg pedulimabangsa dan aku yakin indonesia dan ibupertiwi akantersenyum bahagiamemiliki putri secerdas dan sekritis kamu. yg mau peduli terhadap bangsa

    BalasHapus
  18. 1 again aku doainkamu menang ya...aku merasakan aura kecintaanmu terhadap negeri ini, aku bisa merasakan keikutsertaanmu bukan hanya karena lomba tapi kepedulianmu terhadap negeri ini...sukses ya

    BalasHapus
  19. hihihi tq ya temen2 jadi malu ni, doakan nana ya....thanks untukdukungannya ya

    BalasHapus
  20. jadi ingat lasakr pelangi hihi seru ya bias jadi petualangan 3 bocah gendeng hihihi seru aku suka tulsian kamu, ada banyak dimensi yg bisa tertanggkap pesan moral yg luarbiasa dibuat dgn simple tapi pesannya dapat...sukses yya


    Chika

    BalasHapus
  21. tq ya nana baru baca ni komentnya, dah 2 minggu ga buka internet

    BalasHapus
  22. GENERASI BERKWALITAS TINGGI :
    (adalah manusia/generasi yang mampu untuk berbuat sebagaimana berikut di bawah ini) :
    1. ATASI BERBAGAI MACAM PROBLEMA MENCAPAI SEGALA KEINGINAN=
    =penyembuhan..............untuk diri dan orang lain ; jarak jauh/dekat
    =mencapai cita..............untuk diri dan orang lain; jarak jauh/dekat
    =mencapai cinta.............untuk diri dan orang lain; jarak jauh/dekat
    =kebahagiaan,dll............untuk diri dan orang lain; jarak jauh/dekat

    2. ANAK SESUAI KEINGINAN =SEBELUM/SETELAH LAHIR=
    =wajahnya...................... sesuai dengan keinginan
    =sifatnya........................ sesuai dengan keinginan
    =kelaminnya...................sesuai dengan keinginan
    =kembar/tidaknya..........sesuai dengan keinginan
    =ability............................sesuai dengan keinginan
    =IQ-nya..........................sesuai dengan keinginan
    =masa depannya,dll.......sesuai dengan keinginan

    3. BEBERAPA HURUF SANDI CIPTAAN SENDIRI ........................(gratis)

    4. CIPTA PUISI DARI GABUNGAN BEBERAPA NAMA=
    =nama dan makna/tujuan puisi tergantung permintan............................. (gratis)

    kirim Rp;1.500.000 (untuk point 1 dan point 2)
    ke :ROSIDA no. rek.654801002820505 BRI cabang: 6548 unit kalianget sumenep jawa timur indonesia
    alif30271@yahoo.co.id
    alif30271@ymail.com
    alifi30271@gmail.com
    http://alifi30271.blogspot.com/
    http://generationofhighlyqualified.blogspot.com/
    http://alif30271.blogspot.com/
    sahidi.achmad@yahoo.com
    rsida@ymail.com

    SMS =081331412197 =087850539399 =081939047397

    ROSIDA SAHIDI/alifiyasintadewi nurqodri
    POBOX.30271 KLG 69471 INDONESIA
    JL. PELABUHAN KERTASADA NO.38 RT.02/01 KALIANGET SUMENEP JAWA TIMUR 69471 INDONESIA

    BalasHapus